MAKALAH
KIKMAH PUASA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Puasa
adalah salah satu Rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh kita sebagai seorang
muslim. Tetapi di dalam puasa itu terdapat banyak hal yang perlu kita ketahui
sebelum melaksanakan salah satu Rukun Islam yang satu ini, jadi kita bukan
hanya sekedar melaksanakanya saja.
Pada
dasarnya Puasa berawal dari niat kemudian berpuasa, namun kita juga harus
memerhatikan juga apa saja syarat puasa, hal yang membatalkan puasa dan juga
apa saja yang disunnah kan dalam berpuasa, semua itu agar Puasa kita lebih
bermanfaat dan diterima oleh Allah SWT.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
pembahansan Puasa ini ada beberapa Rumusan Masalah yang perlu dibahas yakni :
a. Pengertian
Puasa
b. Dasar
Hukum Puasa
c. Macam
macam Puasa
d. Tata
cara puasa Ramadhan
e. Amalan
– amalan bulan Ramadan
f. Hikmah
puasa Ramadhan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Puasa
Puasa atau As
Shoum adalah salah satu Rukun Islam yang mulai disyariatkan pada tahun ke II
Hijriah.
Pengertian
Puasa secara Terminologi berasal dari bahasa arab As Shoum yang bermakna (الإمساك) yang berarti Menahan.
Dan Secara
Terminologi, Puasa Adalah
إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قابل للصوم
من مسلم عاقل طاهر من حيض و نفاس.
(menahandari
sesuatu yang membatalkan puasa dengan niat yang khusus pada seluruh siang
harinya orang yang melakukan puasa yang ber akal suci, dan suci dari haidl dan
nifas).[1]
Sedangkan menurut istilah
fiqih lain, adalah menahan diri
dari segala perbuatan yang membatalkan, seperti makan, minum dan senggama,
sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat dan persyaratan
tertentu.[2]
B.
Dasar-Dasar
Hukum Puasa
Adapun hukum melakukan puasa Ramadlan adalah Wajib
Ain, berdasar-kan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’.
Seperti
pada firman
Allah SWT :
يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن
قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Artinya
: Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, agar kamu betaqwa (Al-Baqarah: 183
)
Hadist
Rasulullah Saw:
بني
الإسلام على خمس : شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة
وإيتاءالزكاة وحج الــبيت وصيام رمضان .
Artinya:
Islam itu didirikan atas lima perkara: 1) bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, 2) mendirikan sholat lima
waktu, 3) menunaikan zakat, 4) mengerjakan haji, 5) mengerjakan puasa pada
bulan Ramadhan. (H.R. Bukhari dan Muslim dan Ahmad).[3]
C.
Macam
– Macam Puasa
Puasa
itu ada beberapa macam, yaitu puasa wajib, puasa sunnah, puasa makruh dan puasa
haram sebagaimana uraian berikut:
1. Puasa
Wajib: yaitu puasa pada bulan suci Ramadhan sebagaimana firman Allah SWT.:
شَهۡرُ
رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ
مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ . . .
.
Artinya:
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu menyaksikan bulan itu, berpuasalah... (QS Al- Baqarah : 185)[4].
Dan
selain puasa Ramadhan ada juga puasa wajib lainya yakni puasa Nazar dan puasa
kifarat.
2. Puasa
Sunah adalah Puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Yaitu pada hari hari
berikut ini :
a. Enam
Hari Pada Bulan Syawwal
Sabda Rasulullah Saw:
عن
أبي أيوب قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر. (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abu
Ayyub, Rasulullah Saw telah berkata: barang siapa yang puasa pada bulan
Ramadhan, kemudian dia puasa enam hari dalam bulan Syawal, adalah seperti puasa
sepanjang masa. (H.R. Muslim)
b. Puasa
Hari ‘Asyura ( Tanggal
10 Muharam )
Sabda
Rasulullah :
عن
أبي قتادة قال رسول الله ص.م : صوم يوم
عاشراء يكفر سنة ماضية.(رواه مسلم )
Artinya: Dari Abu
Qatadah, Rasulullah Saw berkata: Puasa hari’Asyura itu menghapuskan dosa satu
tahun yang telah lalu. (H.R. Muslim)
c. Puasa
Hari ‘Arafah (tanggal 9
bulan haji), kecuali bagi orang yang sedang haji.
Sabda
Rasulullah :
عن
أبي قتادة قال رسول الله ص.م : صوم يوم
عرفة يكفر سنتين ماضية و مستقبلة (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abu
Qatadah, Nabi Saw, telah berkata: Puasa haru ‘Arafah itu menghapuskan dosa dua
tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang (H.R. Muslim)
d. Puasa
bulan Sya’ban
Sabda
Nabi SAW :
عن
عائشة, ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان وما
رأيته في شهر أكثر منه صياما في شعبان (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: Kata Aisyah,
Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh selain
bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau dalam bulan-bulan lain yang lain
berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban (H.R. Bukhari dan Muslim)
e. Puasa
hari Senin dan hari Kamis
Sabda
Rasulullah SAW :
عن عائشة كان النبي صلى الله عليه
وسلم يتحرى صيام الإثنين والخميس. (رواه الترمذي)
Artinya : Dari ‘Aisyah,
bahwa Nabi Saw memilih waktu puasa hari Senin dan hari Kamis (H.R. Tirmizi)
f. Puasa
tengah bulan (tanggal 13,14,15) dari tiap-tiap bulan Qamariah
Sabda Rasul SAW
:
عن أبي ذر قال رسول الله ص.م : يا أبا ذر إذا صمت من
الشهر ثلاثة فصم ثلاث عشرة و أربع عشرة وخمس عشرة (رواه أحمد و النسائي)
Artinya: Dari Abur Zar,
Rasulullah Saw berkata:”Hai Abu zarr, apabila kamu hendak berpuasa tiga hari
dalam satu bulan, hendaklah kamu tanggal tiga belas, empat belas dan lima
belas”. (H.R Ahmad dan Nasai).[5]
3. Puasa
Makruh : Yaitu puasa yang dilakukan :
a. Puasa
pada hari yang diragukan, apakah bulan ramadhan sudah tiba atau belum.
Ammar
bin yassir pernah berkata :
عن عمار بن ياسر رضي الله عنه : من صام اليوم الذي شك
فيه فقد عصى أبا القاسم صلى الله عليه وسلم .
“Barangsiapa
berpuasa pada hari yang diragukannya berarti ia telah durhaka kepada Abul Qasim
SAW (Muhammad SAW)”
b. Puasa
yang dilakukan dari jum’at sendiri, atau hari Sabtu sendiri, yaitu tidak
didahului dengan puasa sehari sebelum atau sesudahnya.
4.
Puasa Haram, yaitu
puasa yang dilakukan pada hari raya Idhul Fithri, Idhul Adha dan hari-hari Tasyrik,
yaitu tiga hari sesudah Idhul Adha.
Sesuai Hadits
قال
عمر بن الخطاب أن رسول الله ص.م نهى عن صوم هذين اليومين أما يوم الفطر ففطركم من
صومكم وعيد المسلمين و أما يوم الأضحى فكلوا من لحوم نسككم (رواه الأحمد والأربعة)
“Sesunggguhnya
Rasululllah SAW melarang puasa pada hari ini. Mengenai hari Raya Fitri karena
hari itu merupakan saat berbukamu dari puasamu(Ramadlan), sedangkan Hari raya
Adha, Agar kamu memakan hasil kurbanmu. (H.R. Ahmad Dan Al Arba’ah)” [6]
D.
Tata-Cara
Melakukan Puasa
a. Syarat-Syarat Wajib Puasa
Syarat-Syarat Wajib puasa adalah sebagai berikut :
1. Islam
2. Berakal, orang yang tidak berakal seperti
orang gila tidak wajib melakukan
puasa.
3.
Baligh, maka tidak wajib puasa bagi anak-anak.
4.
Kuat berpuasa, maka tidak wajib bagi orang yang sakit dan orang yang sudah tua.
b. Rukun Puasa
rukun
puasa ada dua yaitu :
1. Niat
Yaitu menyegaja melakukan puasa, yang
dilakukan pada waktu malam harinya bulan ramadhan. Adapun tempat niat adalah di
hati. Dan apabila dilafafdzkan maka salah satu redaksinya adalah sebagai
berikut:
نويت صوم غد عن أداء فرض الشهر رمضان هذه السنة فرضا لله
تعالى
2. Menahan Diri dari sesuatu yang membatalkan puasa.
Sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
c.
Hal-Hal
Yang Membatalkan Puasa
1. Makan dan Minum dengan sengaja.
2. Memasukkan
sesuatu ke dalam kepala (Melalui lubang hidung atau telinga)
3. Menyuntikkan
sesuatu melalui salah satu dua jalan.
4. Muntah dengan
sengaja.
5. Bersetubuh
dengan sengaja di siang hari.
6. Sengaja
mengeluarkan mani (seperti berpelukan, ciuman dll akan tetapi jika tidak
disengaja seperti berkhayal atau bermimpi maka tidak batal)
7. Haid.
8. Nifas.
9. Gila.
10. Murtad
(keluar dari Islam)
d.
Hal-Hal
Yang Berhubungan Dengan Puasa
1. Qadla’
Yang dimaksud qadla’ adalah berpuasa pada
hari selain Ramadhan, yang dilakukan sebagai penggganti puasa yang batal pada
bulan Ramadhan.
2. Kafarat
Kafarat
adalah hukuman agama yang telah ditentukan Allah SWT dan diberikan kepada
orang-orang yang telah melakukan beberapa jenis perbuatan dosa. Dan pada
pembahasan ini, bagi siapa saja yang melakukan persetubuhan di bulan Ramadhan
dalam kondisi berpuasa, maka wajib baginya melakukan qadla’ dan kafarat yaitu,
memerdekakan budak, apabila tidak sanggup maka hendaklah berpuasa dua bulan
berturut-turut, kalau tidak mampu maka memeberi makan enam puluh orang fakir
miskin setiap orang seberat 1 mud.
3.Fidyah
Yaitu memberi makan fakir miskin sebagai pengganti
satu hari puasa wajib di bulan Ramadhan yang ditinggalkan.
e.
Puasa orang
Sakit, bepergian, Wanita Hamil atau menyusui dan Orang Tua.
1. Orang Sakit
Orang
yang Sedang sakit yang menyebabkan dirinya tidak sanggup melakukan puasa maka
diperbolehkan tidak melakukan puasa, tetapi wajib mengqadha’ nya di selain
bulan Ramadhan.
2. Musafir (orang yang bepergian)
Seorang
Musafir juga diperbolehkan tidak puasa pada saat bulan Ramadhan, dengan
ketentuan jarak yang ditempuh adalah lebih dari 81 Km, dan tujuan bepergian
tersebut bukanlah untuk sesuatu maksiat. Dan musafir tersebut wajib meng qadla’
puasa yang dia tinggalkan.
Sebagaiman Firman Allah :
ومن كان
مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر...............
“barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan maka ia wajib mengganti puasa yang ia tinggalkan
itu pada hari lain……..(QS. Al-Baqarah : 185)”
3. Wanita Hamil Atau Menyusui.
Bagi
seorang wanita yang sedang hamil atau menyusui diperbolehkan untuk tidak
melakukan puasa. Adapun dalam jenisnya dibagi menjadi dua
*Wanita
Hamil Atau Menyusui yang takut terhadap kondisi fisiknnya sendiri maka boleh
meninggalkan puasa, dan wajib meng qadla’ nya di bulan lain.
* Wanita hamil Atau Menyusui yang khawatir akan kondis
anaknya, maka diperbolehkan tidak berpuasa, akan tetapi wajib meng qadla’
puasanya dan wajib membayar kafarat. Setiap satu hari kafaratnya adalah 1 mud
makanan pokok diberikan kepada fakir miskin.
4.
Orang Tua, dan Orang yang meningggal dunia.
Bagi orang tua
yang sudah tidak kuat melakukan puasa maka boleh tidak berpuasa ramadhan,
tetapi harus mengganti setiap sehari puasa dengan memberi makanan pokok 1 mud
kepada fakir miskin. Begitu juga pada kasus orang yang meninggal dunia dan
masih memilki tanggungan puasa.[7]
E.
Amalan-Amalan
Bulan Ramadhan.
Ada beberapa
amaln yang sunnah dilakukan bagi orang yang sedang mengerjakan puasa, antara
lain :
1. Menyegerakan berbuka puasa apabila sudah
masuk,
عن سهل ابن سعد قال رسول الله ص.م : لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر
(رواه أبو داود)
Artinya : dari sahl bin
sa’ad, bekata Nabi SAW : manusia selalu dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka puasa (H.R Abu Daud)
2. berbuka dengan kurma atau sesuatu yang manis,
atau dengan air.
عن أنس قال
كان النبي ص.م : يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم
تكن حسا حسوات من ماء. (رواه البخاري و مسلم)
Artinya
: dari Anas, Nabi SAW bersabda : berbukalah dengan rutab sebelum shalat, kalau
tidak ada dengan kurma, kalau tidak ada juga, beliau minum beberapa teguk air
(H.R. Bukhari Muslim)
3. Berdo’a sebelum berbuka
puasa
عن
ابن عمر كان النبي ص.م : إذا أفطر قال اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت ذهب الظمأ
وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء ألله .
Artinya : dari ibnu Umar, Rasulullah saw apabila berbuka
puasa beliau berdo’a : Ya Allah Karena engkau saya puasa dan karena rezki
pemberianmu aku berbuka, dahaga telah lenyap dan urat-urat telah minu, serta
pahala telah tetap bila Allah Swt menghendaki. (H.R Bukhari Muslim)
4. Makan sahur setelah
tengah malam agar menambah kekuatan ketika ketika berpuasa.
عن
أنس قال رسول الله ص.م : تسحروا فإن في السحور بركة .
Artinya : dari
Anas, Rasulullah Saw telah berkata : makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan
sahur itu mengandung berkah. (H.R Bukhari dan Muslim)
5.
Menta’khirkan makan sahur sampai beberapa menit sebelum Imsak.
أ
متي بخير ما أخروا السحور وعجلوا الفطر.لاتزال
Artinya
: senantiasa ummatku dalam kebaikan selama mengakhirkan sahur dan menyegerakan
berbuka. (H.R Ahmad)
6. Memberi makanan untuk orang-orang yang akan
berbuka puasa.
7. Memperbanyak sedekah
selam bulan Ramadhan.
8. Memeperbanyak membaca dan
mempelajari Al-Qur’an.[8]
Hikmah Puasa Ramadhan
Diwajibkannya puasa atas umat Islam
mempunyai hikmah yang dalam. Yakni merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT.
sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183 :“Hai
orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa”.
Kadar taqwa tersebut terefleksi
dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.
Al-Baqarah ayat 185 :“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu”.
Ayat ini menjelaskan alasan yang
melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan
yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan
menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu Al-Qur’an al-Karim yang akan
menunjukkan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati,
rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang
jiwa raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang
yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan
sore.
Bila puasa telah diwajibkan kepada
umat terdahulu, maka adakah puasa yang diwajibkan atas umat Islam sebelum
Ramadhan? Jumhur ulama dan sebagian pengikut Imam Syafi’i berpendapat bahwa
tidak ada puasa yang pernah diwajibkan atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan.
Pendapat ini dilandaskan pada hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah
:“Hari ini adalah hari Asyura’, dan Allah tidak mewajibkannya atas kalian.
Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya”.
Sedangkan madzhab Hanafi mempunyai
pendapat lain : bahwa puasa yang diwajibkan pertama kali atas umat Islam adalah
puasa Asyura’. Setelah datang Ramadhan Asyura’ dirombak (mansukh). Madzhab ini
mengambil dalil haditsnya Ibn Umar dan Aisyah ra. : “Diriwayatkan dari Ibn
‘Amr ra. bahwa Nabi SAW. telah berpuasa hari Asyura’ dan memerintahkannya
(kepada umatnya) untuk berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka
lantas puasa Asyura’ beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak
berpuasa”. (H.R. Bukhari).“Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa
orang-orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura’ pada masa jahiliyah. Kemudian
Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura’ sampai diwajibkannya puasa
Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa Asyura’ silahkan
berpuasa, jika tidak juga tidak apa-apa”. (H.R. Bukhari dan Muslim).Pada
masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura’ sejak sebelum
hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah beliau
mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura’), beliau pun ikut
berpuasa seperti mereka dan menyerukan ke umatnya untuk melakukan puasa itu.
Hal ini sesuai dengan wahyu secara mutawattir
(berkesinambungan) dan ijtihad yang tidak hanya berdasar hadits Ahaad
(hadits yang diriwayatkan oleh tidak lebih dari satu orang). Ibn Abbas ra.
meriwayatkan : “Ketika Nabi SAW sampai di Madinah, beliau melihat
orang-orang Yahudi sedang melakukan puasa Asyura’, lalu beliau bertanya :
(puasa) apa ini? Mereka menjawab : ini adalah hari Nabi Saleh as., hari dimana
Allah SWT memenangkan Bani Israel atas musuh-musuhnya, maka lantas Musa as.
melakukan puasa pada hari itu. Lalu Nabi SAW berkata : aku lebih berhak atas
Musa dari pada kalian. Lantas beliau melaksanakan puasa tersebut dan
memerintahkan (kepada sahabat-sahabatnya) berpuasa”. (H.R. Bukhari)
Puasa Ramadhan diwajibkan pada bulan
Sya’ban tahun kedua hijriyah, maka lantas, sebagaimana madzhab Abi Hanifah,
kewajiban puasa Asyura’ terombak (mansukh). Sedang menurut madzhab lainnya,
kewajiban puasa Ramadhan itu hanya merombak kesunatan puasa Asyura’.Kewajiban
puasa Ramadhan berlandaskan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma.
“Diriwayatkan dari Abdullah Ibn
Umar, bahwasanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda : Islam berdiri atas
lima pilar, kesaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah (Makkah) dan
berpuasa di bulan Ramadhan”.Kata ‘al-haj’ (haji) didahulukan sebelum kata ‘al-shaum’
(puasa), itu menunjukkan pelaksanaan haji lebih banyak menuntut pengorbanan
waktu dan harta. Sedang dalam riwayat lain, kata ‘al-shaum’ didahulukan,
karena kewajiban puasa lebih merata (bisa dilaksanakan oleh mayoritas umat
Islam) dari pada haji.
Kewajiban puasa Ramadhan sangat
terang. Barang siapa yang mengingkari atau mengabaikan keberadaannya dia
termasuk orang kafir, kecuali mereka yang hidup pada zaman Islam masih baru
atau orang yang hidup jauh dari ulama.
Hikmah berpuasa yang kita dapatkan
ini tentunya berkaitan erat dengan amalan puasa yang kita jalani dan tentunya
amalan pada puasa ramadhan bukanlah hanya menahan makan dan minum saja,
melainkan juga menjalankan amalan ibadah Ramadhan lainnya, seperti bersedekah,
Itikaf, Silaturahmi, Menghindari diri
dari yang haram, dan banyak lagi. Hikmah – hikmah puasa Ramadhan dapat disimpulkan antara
lain sebagai berikut :
1. Melatih
Disiplin Waktu – Untuk menghasilkan puasa yang
tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup,
hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk
makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk
mendapatkan rejeki (makanan).
2. Keseimbangan
dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba
Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi
seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban
kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan
melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.
3. Mempererat
Silaturahmi – Dalam Islam ada persaudaraan sesama
muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil
perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak
ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
4. Lebih
Perduli Pada Sesama – Dalam Islam ada persaudaraan
sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan
tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan
banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di
Masjid.
5. Tahu
Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa adalah
melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar
bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya
gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada
tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
6. Tiap
Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki
menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah,
tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya
orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga
kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7. Berhati-hati
Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna dan
tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari
keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan
kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari
hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor,
berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
8. Berlatih
Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita
dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk
sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada
kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada
Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.
9. Melatih
Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa tiba,
saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang
sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya
hanya hawa nafsu saja.
10. Melatih
Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya ada saat
berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak
berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat
Allah SWT.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Di dalam Ibadah Puasa terutama bulan
Ramadhan banyak sekali manfaat manfaat dana amalan – amalan yang dapat kita
kerjakan agar Puasa kita lebih bermanfaat dan mendapat Ridha-Nya.
Dengan Ibadah Puasa juga dapat
mencegah kita berbuat yang melanggar apa yang telah dilarang oleh Allah SWT,
dan juga kita dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
B. Saran
Manusia
adalah tempatnya salah dengan Puasa ini mudah mudahan kita selaku manusia dapat
mengurangi perilaku yang salah tersebut dan menjadi manusia yang dimuliakan di
sisi Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Z,
Zurinal dkk, Fiqih Ibadah, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah,
2008.
Sabiq,
Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta, Pena Pundi Aksara,2006
Ayyub,
Syeikh Hasan, Fikih Ibadah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2008
Al-Bugha,
Musthafa Dib, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Damaskus, Darul Musthafa, 2009
[1]Syeikh M. Qasim Al Gazi, Fathul Qarib, Hal. 25
[2]Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, Hal.341
[3]Dr. Hj. Zurinal Z. & Aminudin, M.Ag., Fiqih Ibadah, Hal.142
[4]Dr. K.H. Ma’ruf Amin, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Hal. 250
[5]Dr. H.Zurinal Z, Fiqih Ibadah Hal : 145
[6] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid II Hal :45
[8]Dr. H. Zurinal Z, Fiqih Ibadah, Hal : 145
[9]http://blog.lazada.co.id/10-hikmah-melaksanakan-ibadah-puasa-ramadhan/