Sabtu, 02 Juli 2016

CONTOH MAKALAH PUASA

MAKALAH
KIKMAH PUASA

 



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Puasa adalah salah satu Rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh kita sebagai seorang muslim. Tetapi di dalam puasa itu terdapat banyak hal yang perlu kita ketahui sebelum melaksanakan salah satu Rukun Islam yang satu ini, jadi kita bukan hanya sekedar melaksanakanya saja.
Pada dasarnya Puasa berawal dari niat kemudian berpuasa, namun kita juga harus memerhatikan juga apa saja syarat puasa, hal yang membatalkan puasa dan juga apa saja yang disunnah kan dalam berpuasa, semua itu agar Puasa kita lebih bermanfaat dan diterima oleh Allah SWT.

B.     Rumusan Masalah
Dalam pembahansan Puasa ini ada beberapa Rumusan Masalah yang perlu dibahas yakni :
a.       Pengertian Puasa
b.      Dasar Hukum Puasa
c.       Macam macam Puasa
d.      Tata cara puasa Ramadhan
e.       Amalan – amalan bulan Ramadan
f.       Hikmah puasa Ramadhan





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Puasa
Puasa atau As Shoum adalah salah satu Rukun Islam yang mulai disyariatkan pada tahun ke II Hijriah.
Pengertian Puasa secara Terminologi berasal dari bahasa arab As Shoum yang bermakna (الإمساك) yang berarti Menahan.
Dan Secara Terminologi, Puasa Adalah
 إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قابل للصوم من مسلم عاقل طاهر من حيض و نفاس.
(menahandari sesuatu yang membatalkan puasa dengan niat yang khusus pada seluruh siang harinya orang yang melakukan puasa yang ber akal suci, dan suci dari haidl dan nifas).[1]
Sedangkan menurut istilah fiqih lain, adalah menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan, seperti makan, minum dan senggama, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat dan persyaratan tertentu.[2]






B.   Dasar-Dasar Hukum Puasa
          Adapun hukum melakukan puasa Ramadlan adalah Wajib Ain, berdasar-kan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’.
Seperti pada firman Allah SWT :
يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Artinya : Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, agar kamu betaqwa (Al-Baqarah: 183 )
Hadist Rasulullah Saw:
بني الإسلام على خمس : شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاءالزكاة وحج الــبيت وصيام رمضان .
Artinya: Islam itu didirikan atas lima perkara: 1) bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, 2) mendirikan sholat lima waktu, 3) menunaikan zakat, 4) mengerjakan haji, 5) mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan. (H.R. Bukhari dan Muslim dan Ahmad).[3]



C.    Macam – Macam Puasa
Puasa itu ada beberapa macam, yaitu puasa wajib, puasa sunnah, puasa makruh dan puasa haram sebagaimana uraian berikut:
1.      Puasa Wajib: yaitu puasa pada bulan suci Ramadhan sebagaimana firman Allah SWT.:
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ . . . .
Artinya: Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan itu, berpuasalah... (QS Al- Baqarah : 185)[4].
Dan selain puasa Ramadhan ada juga puasa wajib lainya yakni puasa Nazar dan puasa kifarat.
2.      Puasa Sunah adalah Puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Yaitu pada hari hari berikut ini :
a.       Enam Hari Pada Bulan Syawwal
Sabda Rasulullah Saw:
عن أبي أيوب قال رسول الله صلى الله عليه وسلم  : من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر. (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abu Ayyub, Rasulullah Saw telah berkata: barang siapa yang puasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia puasa enam hari dalam bulan Syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa. (H.R. Muslim)



b.      Puasa Hari ‘Asyura ( Tanggal 10 Muharam )
Sabda Rasulullah :
عن أبي قتادة قال رسول الله  ص.م : صوم يوم عاشراء يكفر سنة ماضية.(رواه مسلم )
Artinya: Dari Abu Qatadah, Rasulullah Saw berkata: Puasa hari’Asyura itu menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu. (H.R. Muslim)

c.       Puasa Hari ‘Arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali bagi orang yang sedang haji.
Sabda Rasulullah :
عن أبي قتادة قال رسول الله  ص.م : صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية و مستقبلة (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abu Qatadah, Nabi Saw, telah berkata: Puasa haru ‘Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang (H.R. Muslim)

d.      Puasa bulan Sya’ban
Sabda Nabi SAW :
عن عائشة, ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان وما رأيته في شهر أكثر منه صياما في شعبان (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: Kata Aisyah, Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh selain bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau dalam bulan-bulan lain yang lain berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban (H.R. Bukhari dan Muslim)





e.       Puasa hari Senin dan hari Kamis
Sabda Rasulullah SAW :
عن عائشة كان النبي صلى الله عليه وسلم يتحرى صيام الإثنين والخميس. (رواه الترمذي)
Artinya : Dari ‘Aisyah, bahwa Nabi Saw memilih waktu puasa hari Senin dan hari Kamis (H.R. Tirmizi)

f.       Puasa tengah bulan (tanggal 13,14,15) dari tiap-tiap bulan Qamariah
Sabda Rasul SAW :
عن أبي ذر قال رسول الله ص.م : يا أبا ذر إذا صمت من الشهر ثلاثة فصم ثلاث عشرة و أربع عشرة وخمس عشرة (رواه أحمد و النسائي)
Artinya: Dari Abur Zar, Rasulullah Saw berkata:”Hai Abu zarr, apabila kamu hendak berpuasa tiga hari dalam satu bulan, hendaklah kamu tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas”. (H.R Ahmad dan Nasai).[5]

3.      Puasa Makruh : Yaitu puasa yang dilakukan :
a.       Puasa pada hari yang diragukan, apakah bulan ramadhan sudah tiba atau belum.
Ammar bin yassir pernah berkata :
عن عمار بن ياسر رضي الله عنه : من صام اليوم الذي شك فيه فقد عصى أبا القاسم صلى الله عليه وسلم .
“Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukannya berarti ia telah durhaka kepada Abul Qasim SAW (Muhammad SAW)”

b.      Puasa yang dilakukan dari jum’at sendiri, atau hari Sabtu sendiri, yaitu tidak didahului dengan puasa sehari sebelum atau sesudahnya.

4.      Puasa Haram, yaitu puasa yang dilakukan pada hari raya Idhul Fithri, Idhul Adha dan hari-hari Tasyrik, yaitu tiga hari sesudah Idhul Adha.
Sesuai Hadits
            قال عمر بن الخطاب أن رسول الله ص.م نهى عن صوم هذين اليومين أما يوم الفطر ففطركم من صومكم وعيد المسلمين و أما يوم الأضحى فكلوا من لحوم نسككم (رواه الأحمد والأربعة)
            “Sesunggguhnya Rasululllah SAW melarang puasa pada hari ini. Mengenai hari Raya Fitri karena hari itu merupakan saat berbukamu dari puasamu(Ramadlan), sedangkan Hari raya Adha, Agar kamu memakan hasil kurbanmu. (H.R. Ahmad Dan Al Arba’ah)” [6]
D.    Tata-Cara Melakukan Puasa
a. Syarat-Syarat Wajib Puasa
     Syarat-Syarat Wajib puasa adalah sebagai berikut :
1. Islam
2.  Berakal, orang yang tidak berakal seperti orang gila tidak wajib      melakukan puasa.
3. Baligh, maka tidak wajib puasa bagi anak-anak.
4. Kuat berpuasa, maka tidak wajib bagi orang yang sakit dan orang yang sudah tua.
b. Rukun Puasa
     rukun puasa ada dua yaitu :
1. Niat
     Yaitu menyegaja melakukan puasa, yang dilakukan pada waktu malam harinya bulan ramadhan. Adapun tempat niat adalah di hati. Dan apabila dilafafdzkan maka salah satu redaksinya adalah sebagai berikut:
نويت صوم غد عن أداء فرض الشهر رمضان هذه السنة فرضا لله تعالى
2. Menahan Diri dari sesuatu yang membatalkan puasa. Sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
c.       Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
     1. Makan dan Minum dengan sengaja.
2. Memasukkan sesuatu ke dalam kepala (Melalui lubang hidung atau   telinga)
3. Menyuntikkan sesuatu melalui salah satu dua jalan.
4. Muntah dengan sengaja.
5. Bersetubuh dengan sengaja di siang hari.
6. Sengaja mengeluarkan mani (seperti berpelukan, ciuman dll akan tetapi jika tidak disengaja seperti berkhayal atau bermimpi maka tidak batal)
7. Haid.
8. Nifas.
9. Gila.
10. Murtad (keluar dari Islam)
d.      Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Puasa
1. Qadla’
                 Yang dimaksud qadla’ adalah berpuasa pada hari selain Ramadhan, yang dilakukan sebagai penggganti puasa yang batal pada bulan Ramadhan.
2. Kafarat
      Kafarat adalah hukuman agama yang telah ditentukan Allah SWT dan diberikan kepada orang-orang yang telah melakukan beberapa jenis perbuatan dosa. Dan pada pembahasan ini, bagi siapa saja yang melakukan persetubuhan di bulan Ramadhan dalam kondisi berpuasa, maka wajib baginya melakukan qadla’ dan kafarat yaitu, memerdekakan budak, apabila tidak sanggup maka hendaklah berpuasa dua bulan berturut-turut, kalau tidak mampu maka memeberi makan enam puluh orang fakir miskin setiap orang seberat 1 mud.
3.Fidyah
Yaitu memberi makan fakir miskin sebagai pengganti satu hari puasa wajib di bulan Ramadhan yang ditinggalkan.
e.       Puasa orang Sakit, bepergian, Wanita Hamil atau menyusui dan Orang Tua.
1. Orang Sakit
          Orang yang Sedang sakit yang menyebabkan dirinya tidak sanggup melakukan puasa maka diperbolehkan tidak melakukan puasa, tetapi wajib mengqadha’ nya di selain bulan Ramadhan.
2. Musafir (orang yang bepergian)
          Seorang Musafir juga diperbolehkan tidak puasa pada saat bulan Ramadhan, dengan ketentuan jarak yang ditempuh adalah lebih dari 81 Km, dan tujuan bepergian tersebut bukanlah untuk sesuatu maksiat. Dan musafir tersebut wajib meng qadla’ puasa yang dia tinggalkan.
Sebagaiman Firman Allah :
ومن كان مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر...............
“barangsiapa sakit atau dalam perjalanan maka ia wajib mengganti puasa yang ia tinggalkan itu pada hari lain……..(QS. Al-Baqarah : 185)”


3. Wanita Hamil Atau Menyusui.
          Bagi seorang wanita yang sedang hamil atau menyusui diperbolehkan untuk tidak melakukan puasa. Adapun dalam jenisnya dibagi menjadi dua
          *Wanita Hamil Atau Menyusui yang takut terhadap kondisi fisiknnya sendiri maka boleh meninggalkan puasa, dan wajib meng qadla’ nya di bulan lain.
* Wanita hamil Atau Menyusui yang khawatir akan kondis anaknya, maka diperbolehkan tidak berpuasa, akan tetapi wajib meng qadla’ puasanya dan wajib membayar kafarat. Setiap satu hari kafaratnya adalah 1 mud makanan pokok diberikan kepada fakir miskin.
            4. Orang Tua, dan Orang yang meningggal dunia.
Bagi orang tua yang sudah tidak kuat melakukan puasa maka boleh tidak berpuasa ramadhan, tetapi harus mengganti setiap sehari puasa dengan memberi makanan pokok 1 mud kepada fakir miskin. Begitu juga pada kasus orang yang meninggal dunia dan masih memilki tanggungan puasa.[7]
E.     Amalan-Amalan Bulan Ramadhan.
Ada beberapa amaln yang sunnah dilakukan bagi orang yang sedang mengerjakan puasa, antara lain :
1.  Menyegerakan berbuka puasa apabila sudah masuk,
عن سهل ابن سعد قال رسول الله ص.م : لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر (رواه أبو داود)
Artinya : dari sahl bin sa’ad, bekata Nabi SAW : manusia selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa (H.R Abu Daud)
            2.  berbuka dengan kurma atau sesuatu yang manis, atau dengan air.
عن أنس قال كان النبي ص.م : يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء. (رواه البخاري و مسلم)
            Artinya : dari Anas, Nabi SAW bersabda : berbukalah dengan rutab sebelum shalat, kalau tidak ada dengan kurma, kalau tidak ada juga, beliau minum beberapa teguk air (H.R. Bukhari Muslim)
3. Berdo’a sebelum berbuka puasa
عن ابن عمر كان النبي ص.م : إذا أفطر قال اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء ألله .
            Artinya : dari ibnu Umar, Rasulullah saw apabila berbuka puasa beliau berdo’a : Ya Allah Karena engkau saya puasa dan karena rezki pemberianmu aku berbuka, dahaga telah lenyap dan urat-urat telah minu, serta pahala telah tetap bila Allah Swt menghendaki. (H.R Bukhari Muslim)
4. Makan sahur setelah tengah malam agar menambah kekuatan ketika ketika berpuasa.
عن أنس قال رسول الله ص.م : تسحروا فإن في السحور بركة .
                Artinya : dari Anas, Rasulullah Saw telah berkata : makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkah. (H.R Bukhari dan Muslim)
5. Menta’khirkan makan sahur sampai beberapa menit sebelum Imsak.
أ متي بخير ما أخروا السحور وعجلوا الفطر.لاتزال
     Artinya : senantiasa ummatku dalam kebaikan selama mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. (H.R Ahmad)
6.  Memberi makanan untuk orang-orang yang akan berbuka puasa.
7. Memperbanyak sedekah selam bulan Ramadhan.
8. Memeperbanyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an.[8]


Hikmah Puasa Ramadhan
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183 :“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa”.
Kadar taqwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 :“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.
Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu Al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukkan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.
Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan? Jumhur ulama dan sebagian pengikut Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada puasa yang pernah diwajibkan atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan. Pendapat ini dilandaskan pada hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah :“Hari ini adalah hari Asyura’, dan Allah tidak mewajibkannya atas kalian. Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya”.
Sedangkan madzhab Hanafi mempunyai pendapat lain : bahwa puasa yang diwajibkan pertama kali atas umat Islam adalah puasa Asyura’. Setelah datang Ramadhan Asyura’ dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil haditsnya Ibn Umar dan Aisyah ra. : “Diriwayatkan dari Ibn ‘Amr ra. bahwa Nabi SAW. telah berpuasa hari Asyura’ dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura’ beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak berpuasa”. (H.R. Bukhari).“Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura’ pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura’ sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa Asyura’ silahkan berpuasa, jika tidak juga tidak apa-apa”. (H.R. Bukhari dan Muslim).Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura’ sejak sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura’), beliau pun ikut berpuasa seperti mereka dan menyerukan ke umatnya untuk melakukan puasa itu.
Hal ini sesuai dengan wahyu secara mutawattir (berkesinambungan) dan ijtihad yang tidak hanya berdasar hadits Ahaad (hadits yang diriwayatkan oleh tidak lebih dari satu orang). Ibn Abbas ra. meriwayatkan : “Ketika Nabi SAW sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi sedang melakukan puasa Asyura’, lalu beliau bertanya : (puasa) apa ini? Mereka menjawab : ini adalah hari Nabi Saleh as., hari dimana Allah SWT memenangkan Bani Israel atas musuh-musuhnya, maka lantas Musa as. melakukan puasa pada hari itu. Lalu Nabi SAW berkata : aku lebih berhak atas Musa dari pada kalian. Lantas beliau melaksanakan puasa tersebut dan memerintahkan (kepada sahabat-sahabatnya) berpuasa”. (H.R. Bukhari)
Puasa Ramadhan diwajibkan pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriyah, maka lantas, sebagaimana madzhab Abi Hanifah, kewajiban puasa Asyura’ terombak (mansukh). Sedang menurut madzhab lainnya, kewajiban puasa Ramadhan itu hanya merombak kesunatan puasa Asyura’.Kewajiban puasa Ramadhan berlandaskan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma.
“Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Umar, bahwasanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda : Islam berdiri atas lima pilar, kesaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah (Makkah) dan berpuasa di bulan Ramadhan”.Kata ‘al-haj’ (haji) didahulukan sebelum kata ‘al-shaum’ (puasa), itu menunjukkan pelaksanaan haji lebih banyak menuntut pengorbanan waktu dan harta. Sedang dalam riwayat lain, kata ‘al-shaum’ didahulukan, karena kewajiban puasa lebih merata (bisa dilaksanakan oleh mayoritas umat Islam) dari pada haji.
Kewajiban puasa Ramadhan sangat terang. Barang siapa yang mengingkari atau mengabaikan keberadaannya dia termasuk orang kafir, kecuali mereka yang hidup pada zaman Islam masih baru atau orang yang hidup jauh dari ulama.
            Hikmah berpuasa yang kita dapatkan ini tentunya berkaitan erat dengan amalan puasa yang kita jalani dan tentunya amalan pada puasa ramadhan bukanlah hanya menahan makan dan minum saja, melainkan juga menjalankan amalan ibadah Ramadhan lainnya, seperti bersedekah, Itikaf, Silaturahmi, Menghindari diri  dari yang haram, dan banyak lagi. Hikmah – hikmah puasa Ramadhan dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut :
1.      Melatih Disiplin Waktu – Untuk menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk mendapatkan rejeki (makanan).
2.      Keseimbangan dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.
3.      Mempererat Silaturahmi – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
4.      Lebih Perduli Pada Sesama – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
5.      Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa adalah melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
6.      Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7.      Berhati-hati Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
8.      Berlatih Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.
9.      Melatih Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja.
10.  Melatih Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya ada saat berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah SWT.[9]











BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
            Di dalam Ibadah Puasa terutama bulan Ramadhan banyak sekali manfaat manfaat dana amalan – amalan yang dapat kita kerjakan agar Puasa kita lebih bermanfaat dan mendapat Ridha-Nya.
            Dengan Ibadah Puasa juga dapat mencegah kita berbuat yang melanggar apa yang telah dilarang oleh Allah SWT, dan juga kita dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
B.     Saran
           Manusia adalah tempatnya salah dengan Puasa ini mudah mudahan kita selaku manusia dapat mengurangi perilaku yang salah tersebut dan menjadi manusia yang dimuliakan di sisi Allah SWT.











DAFTAR PUSTAKA
Z, Zurinal dkk, Fiqih Ibadah, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah, 2008.
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta, Pena Pundi Aksara,2006
Ayyub, Syeikh Hasan, Fikih Ibadah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2008
Al-Bugha, Musthafa Dib, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Damaskus, Darul Musthafa, 2009










[1]Syeikh M. Qasim Al Gazi, Fathul Qarib, Hal. 25
[2]Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, Hal.341
[3]Dr. Hj. Zurinal Z. & Aminudin, M.Ag., Fiqih Ibadah, Hal.142
[4]Dr. K.H. Ma’ruf Amin, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Hal. 250
[5]Dr. H.Zurinal Z, Fiqih Ibadah Hal : 145
[6] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid II Hal :45
[7][7] Dr. Musthafa Al Bugha, Ringkasan Fiqih Madzhab Syafi’I, Hal : 265 
[8]Dr. H. Zurinal Z, Fiqih Ibadah, Hal : 145
[9]http://blog.lazada.co.id/10-hikmah-melaksanakan-ibadah-puasa-ramadhan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar